Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang Autisme
seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisme baru
diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini
sudah ada sejak berabad-abad lampau (Handojo, 2003).
Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisme adalah gejala
menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan
dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis
memiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin
sejak kecil atau bayi, misalnya dengan tidak memberikan respon (
tersenyum, dan sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi makanan dan
sebagainya, serta seperti tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan
sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan
ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak suka
dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tua pun menangis
), senang melakukan stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau
gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan obyek,
namun sulit menangkap.
Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisme
adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau
diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim
(2003), penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir
maupun berperilaku.
Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan
komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama,
ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang
autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain (Sarwindah,
2002).
Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan perkembangan
yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan
komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga
sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan
sebagai anggota masyarakat. Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak
dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum
usia tiga tahun.
Yuniar (2002) mengatakan bahwa Autisme tidak pandang bulu,
penyandangnya tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata
sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis
makanan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan penyandang Autisme
ialah 4 : 1.
Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Autisme
adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau
berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang
komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan
komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak
tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat
pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar